Jumat, 13 Februari 2009

aku dapet cerito

Akhir dari sebuah Kenyataan

“Alan!!bangun!udah pagi!mau sekolah gak?!” suara ibu yang sedang memasak nasi goreng untuk sarapan pagi.
“Ya ,Bu.sebentar.”Alan yang masih terkantuk-kantuk berjalan sempoyongan keluar.
‘Alan,kamu dimana?....Alan,disini mengerikan……Alan..tolong..’ mata Alan kemudian terbuka seluruhnya.dia menoleh ke segala arah.tapi,tak ada siapa-siapa disana.
‘lagi-lagi suara itu’ujar Alan sambil terus melangkah seolah tak terjadi apa-apa.
Di bawah,ibu telah siap dengan ‘nasi goreng aneka bahan’ andalannya yang dijamin memuat 4 sehat di dalamnya.
“Alan,hari ini gak sekolah lagi?!” Tanya ibu yang melihat Alan yang belum siap dengan penampilan sekolahnya.
“Hari ini Alan mau pergi,Bu.Alan sudah lama tak masuk.”ujar Alan sambil melahap sarapannya.
“Hati-hati ya,nak.kamu terlalu baik pada mereka.ibu takut,jika kau terluka lebih dari ini..”
“Alan akan hati-hati kok,bu.ibu tak usah khawatir.”Alan kemudian pergi ke kamar dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Untung saja kota ini tak seramai Jakarta di pagi hari.jalanan yang agak sepi membuat Alan bersantai-santai mengendarai motor GP-X kesayangannya karena sekolah dimulai sekitar lima belas menit lagi.
‘Alan..Alan….Alan…. ‘ motor Alan seketika berhenti,seolah menabrak ‘sesuatu di depannya’.tapi,tak ada apa-apa disana.Alan menengok kearah depan.terlihat seorang anak yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya menahan motor Alan.
“Ada apa lagi,mbak?”
‘Hihihi.gak koq,Alan sakit ya?dari kemarin Alan gak pernah lagi lewat sini.kalo tahu gitu kan Dessi bisa ke rumah Alan.’
“Aduh Mbak,ibuku bisa jantungan kalo ngeliat mbak dateng..mbak,mau pergi nih.tau kan akibatnya kalo telat dateng..”ujar Alan sambil sedikit tersenyum.
“hihihi..iya deh.daa,Alan’
Alan segera men-starter motornya dan segera pergi dari tempat itu karena pasti orang yang lewat sana akan menganggapnya ‘gila’.yah,sejak kecil,keluarga Alan memiliki kemampuan untuk melihat yang tak terlihat.oleh karena itu,Alan sering absent dari sekolah karena tubuh Alan sangat mudah di masuki oleh ‘mereka’.
Sepuluh menit kemudian,Alan tiba di SMU N 42,sekolahnya.dia melepas helm dan memarkirkan motor ke tempat parkir langganannya,di bagian paling sudut dekat dengan gedung olahraga..tak ada yang berani memakirkan motor mereka di tempat itu.karena ada mang Maman (alm.) yang setia menjaga tempat itu.
“Pagi, Mang!suntuk aja nih bawaannya” sapa Alan.
‘Heh,mas Alan.udah mendingan nih mas?!memang anak jaman sekarang udah pada belagu semua.apa perlu mamang ‘kerjain’ mereka,mas?’ujar mang Maman sambil tersenyum licik.
“Udah mang,ntar mamang sendiri yang susah lo…eh,mang!Alan ke kelas dulu ya.jagain motor Alan ya Mang!”
‘Rebes bos!’
Alan tertawa cekikikan lalu bergegas menuju ke ruang lukis karena kelas kesenian akan segera dimulai.
Sejenak ruang lukis terdengar riuh rendah.semua orang sibuk dengan pembicaraan mereka masing-masing.tapi,ruang itu seketika berubah sesepi kuburan ketika Alan masuk.Alan dengan tenang meletakkan peralatannya ke tempatnya yang biasa.
“Heh, temen-temen!liat!anak aneh dateng lagi tuh!!kali ini dia mo bilang apa lagi ya,ke kita?!hahaha”salah satu anak yang bertampang sok jawara,Rian,meledek Alan.ruang lukis kemudian dipenuhi dengan tawa dan suara ejekan.
“Heh,Anak aneh!!masih punya nyali ya dateng ke sini!!tempat mu tuh bukan disini tau!tapi di dunia lain!HAhaha!!”
Alan tak bergeming.dia mencoba bertingkah seperti biasa karena ejekan itu sudah menjadi makanan sehari-harinya.hal itulah yang menjadi salah satu penyebab Alan sangat malas untuk pergi ke sekolah.di sini,dia tak pernah mempunyai teman karena semua orang takut dengannya.sebenarnya,tak perlu sekolah saja,Alan sudah mampu untuk mengikuti jenjang perkuliahan atau mencari kerja.tapi,karena ingin menyenangkan ayah dan ibunya,Alan pun harus melakukannya,suka ataupun tidak.setidaknya,Alan kini bisa selamat dari ejekan karena Pak Mul,guru keseniannya sudah masuk ke kelas.
“Ehm!perhatian anak-anak!hari ini kita kedatangan murid baru.pindahan dari SMUN 56 Jakarta.nah,ayo masuk dan perkenalkan dirimu!” kemudian seorang anak perempuan berparas cantik,berambut lurus sebahu dan bermata coklat,masuk ke dalam kelas.wajahnya penuh dengan ekspresi percaya diri.
“Nama saya Revita Anggarista.kalian boleh panggil saya Vita.” Suara anak itu membuat Alan terkejut.suaranya mirip sekali dengan suara yang selalu meminta tolong pada Alan.
“Nah,Vita,silahkan duduk dimana saja.”ujar Pak Mul kepadanya.Vita langsung melangkah dan duduk di sebelah Alan.kontan,seisi kelas terkejut melihatnya.karena gak ada seorang pun yang berani duduk di sebelahnya.Alan sendiri juga terkejut bukan main.karena kursi itu milik seseorang yang meninggal disana sehingga,jika ada orang yang duduk disana gak sampai beberapa menit akan mengalami kejadian yang aneh.kalo Alan sih biasa aja,soalnya udah kenal sama yang punya waktu pertama kali memasuki ruang seni.
“Hei,cewek!mendingan duduk di sebelahku aja!kalo duduk ma dia,bisa-bisa kamu ketiban sialnya dia!”ujar Rian yang sepertinya udah ngambil langkah pertama dalam kamus ‘playboy cap kodoknya’.biasanya sih,cewek bakal dengan senang hati melanggeng ke kursi yang sengaja di kosonginya itu,tapi kali ini,Rian harus menelan kegagalan.
“Heh,Kalo mau duduk disebelahnya memangnya gak boleh?!”ucap cewek itu dengan nada agak menantang.tapi kali ini,Rian harus menahan amarahnya sementara waktu,karena pak Mul sudah menatapnya sambil memegang kumisnya yang lebat itu.di jamin,sedikit saja tindakan ‘aneh’,maka akan berakhir di depan tiang bendera.
Vita kemudian menoleh kearah Alan.”Boleh kan,Diandralan Anggarista?”ujarnya sambil memanggil nama lengkap Alan yang kebetulan sama dengannya.
“boleh aja.selama kau tahan denganku.”Vita kemudian tersenyum pada Alan yang terlihat melamun.sejenak,Alan mendengar suara pemilik bangku itu yang berbisik pada Alan.
‘Alan..Dia..mengerikan..dia…kami..tapi dia..’suara Santi tak terdengar dengan terlalu jelas ditelinga Alan.Alan memutuskan untuk pura-pura tidak tahu dan konsentrasi kembali pada pelajaran yang tlah dimulai.
Beberapa jam kemudian,semua kelas sudah selesai dan waktu pulang sudah tiba.Alan segera pergi ke parkiran untuk mengambil motornya.ia mempercepat langkahnya,karena langit benar-benar tertutup awan pertanda hujan akan mengguyur kota Palembang sebentar lagi.Alan mempercepat laju motornya.hujan mulai turun dengan lebatnya saat Alan tiba di depan pitu gerbang rumahnya.dan di depan pintu itu,seorang anak kecil berumur 10 tahun tak sadarkan diri di depan rumahnya.dia kemudian mengangkat tubuh anak itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.
“Ibu,Ibu?!”untungnya Alan punya kunci cadangan rumah.
‘Lan,Tuan dan Nyonya pergi.mereka bilang mereka ada urusan yang harus mereka selesaikan di Jakarta.tiba-tiba ‘Ravi,penghuni lama rumah itu muncul dan memberitahu Alan tentang kedua orangtuanya.
“Oh,gitu.makasih.sori,pasti nganggu tidurmu ya.”
‘He-eh.kayak kamu gak pernah aja bangunin aku mode beginian..hei,siapa tuh anak?anakmu?!’ujar Ravi sambil cekikikan melihat Alan tengah menggendong anak yang pingsan tadi.
“Ya elah,bukanlah!aku nemuin dia pingsan di depan rumah.sepertinya dia demam.aku bawa dia ke kamar dulu ya.He Ravi,ntar kalo anak ini sadar,jangan di gangguin ya!awas lo!!”ujar Alan sembari bercanda dengan Ravi.
‘Wah,gak tau ya.abisnya,anak ini manis banget sih!kayak anak kecil di jamanku dulu.memakai baju Lolita,jadi kayak boneka deh.’
“aduh,mulai deh..masuk dulu ya,Vi!”Alan lalu masuk ke dalam kamarnya.dia mengambil air dari kulkas dan saputangan untuk mengompres anak itu.baju anak itu sangat basah.
’lumayan aneh’pikir Alan.karena saat dia sampai dirumah,hujan baru turun rintik-rintik.
‘apa disini sempat hujan local,ya?ah,sudahlah..’ketika Alan beranjak pergi,tiba-tiba tangan anak itu memegang kuat tangannya.Alan terkejut dan menoleh.anak kecil itu kemudian mengigau.
‘Tolong…takut..jangan tinggalkan aku sendiri..’Alan kemudian memegang kening anak itu.
’tubuhnya sudah tak panas lagi.tapi,kenapa anak ini tiba-tiba mengigau ya?’.Alan melihat ke wajah anak itu.entah kenapa,Alan kemudian duduk disamping anak itu.karena udara dingin saat itu,Alan terserang kantuk yang luar biasa sehingga dia tertidur di samping anak itu.
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar